Terkadang hati menginginkan A dan ternyata nyatanya mendapatkan B. Berteman, bersahabat, berkeluarga dan bermasyarakat bukan lah tempatnya kita untuk menuntut mereka yang ada di sekeliling kita untuk dapat menjadi apa yang kita inginkan. Hubungan itu memberi, memberi dengan hati, melengkapi kekosongan yang ada, apa adanya, jujur dan percaya. Sebuah hubungan yang didasari hanya karena rasa ingin selalu terpenuhi apa keinginannya dari orang disekitarnya, saya yakin hubungan yang dialami tidak akan berlangsung lama. Sering muncul perasaan kecewa dimana ketika harapan atau mungkin tuntutan yang diinginkannya tidak terpenuhi. Cerita ini pun saya dapatkan ketika salah seorang sahabat saya menceritakan tentang konflik yang dialmi salah seorang temannya. Singkat cerita konflik yang terjadi diantara persahabatan temannya itu karena salah satu pihak merasa keinginannya tidak dapat terpenuhi oleh pihak lain. Alhasil salah satu pihak tersebut merasa kecewa karena keinginannya tidak dapat terpenuhi dan menyebabkan renggangnya persahabatan diantara mereka.
Hhm, mungkin ini salah satu contoh kecil dari sekian banyak hal yang menyebabkan reggangnya hubungan. Pun yang saya alami demikian, rasa tidak saling percaya, menuntut, yang berujung rasa kecewa dan renggangnya hubungan kedekatan yang terjadi. Sediih sii, tapi saya tetap berkhusnudzon dan mencoba untuk tegar dan tetap dekat. Tahukah kalian, betapa sedih melihat kedekatan kalian di soc-med ketika berbincang tentang suatu hal, dan disaat yang sama yang notabene saya sedang online dan sayapun melihat perbincangan kalian tanpa berani terlibat didalamnya. Saya lebih memilih untuk menyimak. Lah ko jadi curhaaat? hhhe.
Saya bukan tipe orang yang ketika merasa kecewa, meluapakan rasa kecewa dan rasa kesalnya dengan perkataan kasar dan akhirnya menyakitkan orang lain (insyaAllah). Saya lebih memilih untuk mencoba meredam dan mengevaluasi diri, mungkin jeleknya, saya sering menyalahkan diri sendiri. Terlarut dalam perasaan yang tidak menentu dan akhirnya menangis. Itu tipe saya. Saya lebih memilih mengadu, mengadu kepada yang memiliki hati-hati ini, kepada Sang Maha Pembolak-balikan hati. Selemah-lemahnya iman itu dengan berdoa. Dan lagi, pasti saya akan meyesal ketika menyadari kata-kata yang menyakitkan telah terucap dari mulut ini.
yaa,, ''karna mulutmu harimaumu...''
perkataan yang dianggap tidak apa2 menurut kita bisa jadi buat orang lain menjadi hal yang dapat melukainya atau mungkin bahkan menyakitkan. Hati manusia siapa yang tahu? (just Allah) Yuk, yuk evaluasi dirii, semoga hanya kebaikan yang terlontar dari mulut kitaa.. Aamiin
Comments
Post a Comment