Saya pun merasakannya, sepertinya mulai merasa gerah dengan suasana lingkungan makin kesini..
ya makin kesini. Pengaruh aplikasi medsos di HP yang saya instal, sedikit banyak mempengaruhi tindakan yang saya ambil. Influence nya sebegituunya terasaaa, hingga akhirnya mulai lah saya mereduksi satu demi satu, mulai dari line, twitter, dan path. Hanya ada 2 aplikasi medsos di hp saya, fb dan instagram, fb juga jarang saya buka kalau tidak hanya untuk memberikan jempol dari tautan kantor yang diberikan. Tulisan dibawah ngingetin saya ternyata perlu lagi saya mengasah rasa "CUKUP" atas apa yang saya miliki saat ini, saya harus bisa memilih mana hal yang benar-benar saya BUTUHKAN bukan karena hanya sekedar KEINGINAN. Sila dibaca....
Esensialisme
Saya sedang belajar menyederhanakan hidup saya hingga pada hal-hal yang esensial.
Segala hal yang ada pada hidup saya mestilah eksis karena saya membutuhkannya — bukan karena saya menginginkannya, atau bahkan tanpa alasan.
Hal-hal yang sifatnya opsional atau ekstra saya eliminasi, apalagi hal-hal yang tidak relevan dengan apa yang saya jalani.
Jika saya bekerja 5 hari sepekan, maka saya hanya perlu maksimal 10 baju utama, sehingga 1 baju bisa saya gunakan 2 minggu sekali — sangat cukup. Jika saya perlu memiliki baju baru, maka harus ada baju lama yang keluar dari rumah saya.
Baju tidur cukup 2 pasang. Ketika yang satu dicuci, saya bisa menggunakan yang satunya lagi.
Aplikasi yang sering menjadi distraksi saya uninstall, pun aplikasi yang tidak pernah saya gunakan 1 bulan terakhir. Kalau suatu saat perlu? Tinggal install. Sayang paket datanya? Atur anggaran untuk paket data Anda sehingga mengunduh aplikasi yang Anda butuhkan tidak mengganggu pikiran Anda.
Foto dan video di handphone, selain foto dan video keluarga, saya hapus.
Saya undur diri dari berbagai grup WhatsApp yang nyatanya tidak saya baca, semenarik apapun kontennya. Fakta bahwa saya tidak membacanya menunjukkan bahwa saya bisa hidup dengan baik tanpanya.
Berbagai potensi kesibukan diluar urusan keluarga, expertise, dan dakwah saya tutup.
Bahkan, menempati hunian dengan total 3 ruangan saja (kamar tidur, kamar mandi, ruang tengah-dapur-pojok cuci) pun ternyata cukup! Tamu? Kita ketemu di luar saja. Hunian hanya untuk orang-orang terdekat.
Namun perlu dicatat, hidup esensial tidak sama dengan hidup pelit, hidup susah, hidup yang menyulitkan diri sendiri.
Meski secara kuantitas sedikit atau kecil, tetapi secara kualitas mesti handal.
Baju utama yang kita miliki mesti yang melindungi kepercayaan diri.
Baju tidur yang kita pakai mesti yang super nyaman.
Aplikasi yang kita unduh mesti yang membuat lebih baik, lebih pintar, atau lebih sehat.
Foto dan video yang kita simpan mesti yang bernilai sejarah.
Grup WhatsApp yang kita ikuti mesti yang kita pedulikan.
Kesibukan yang kita ambil mesti yang mengantarkan kita ke tingkat kehidupan yang lebih baik.
Hunian yang kita tempati mesti yang mudah dirawat dan mudah diakses.
Nyaman sekali rasanya menjalani hidup yang lebih esensial. Lebih sederhana namun lebih berkualitas.
Alhamdulillah.
diambil dari blog nya mbak yasinmukhtar.
Comments
Post a Comment