Berbicara tentang maksiat, hal ini berkaitan erat sekali dengan hati pada setiap insan. Jika hatinya kuat maka ketahanan akan godaan maksiat akan kuat dan sebaliknya ketika hatinya lemah maka jangan heran jika godaan maksiat selalu mengiringi kita. Dalam hal ini kuat lemahnya hati berkaitan dengan keimanan. Karena sebenarnya keimanan diawali dari hati. Telah dikatakan pula dalam salah satu riwayat mengenai satu bagian kecil yang sangat bisa memengaruhi kehidupan kita.
“Ada segumpal daging dimana jika gumpalan itu baik, maka akan baik seluruhnya dan jika gumpalan itu buruk maka akan buruk seluruhnya”.
Lalu apakah segumpal daging itu? Ya dia lah hati, yang merajai dirimu. Hati ini yang memberikan sinyal kecenderungan dalam setiap tindak tanduk kehidupan. Namun meskipun hati yang merajai, tetap harus berhati-hati apakah kecenderungan yang diberikan untuk kebaikan atau keburukan.
Syetan terus menggoda setiap insan yang ada di muka bumi, setiap harinya, setiap jam, menit dan detik panah syetan selalu mengintai setiap gerak gerik manusia. Bahkan syetan pun ikut masuk ke dalam aliran darah manusia.
“karena sesungguhnya syetan berjalan dalam tubuh anak Adam seperti aliran darah. Juga dalam tubuh Engkau? Rasulullah menjawab: Ya, tetapi Allah menolongku atasnya, maka akupun selamat.” (HR. Darimi)
Bahkan Rasul pun digoda oleh syetan, namun karena Rasul memiliki sifat ma’sum yakni terhindar dari segala dosa, maka beliaupun terlindungi. Berbeda dengan manusia, yang sangat rentan dengan maksiat yang dibuatnya.
Ketika kita mempelajari suatu ilmu, ilmu yang ada harus bisa membuat kita semakin mendekat dengan Allah, Sang Pemilik ilmu. Dan ketika kita mempelajari suatu ilmu namun ilmu tersebut tidak membawa kita semakin dekat denganNya artinya ilmu tersebut tertutupi oleh maksiat. Naudzubillah
Ada sebuah cerita melegenda yang sering kita dengar, tentang Sang penghafal Al Quran.
Saat itu salah seorang penghafal Al quran kehilangan beberapa hafalannya dikarenakan melakukan sebuah maksiat. Tahukah kalian jenis apa maksiatnya? Ya, ada yang bilang Sang penghafal tersebut tidak sengaja melihat betis wanita tersingkap yang bukan mahramnya namun di riwayat lain ada yang mengatakan sang penghafal tidak sengaja melihat tumit wanita yang bukan mahramnya. Sungguh padahal ini merupakan maksiat yang tidak disengaja tetapi sampai-sampai Ia bisa lupa akan beberapa hafalannya. Coba dipikirkan lagi bagaimana bahayanya jika maksiat yang dilakukan dengan adanya unsur kesengajaan? Bagaimana murkanya Allah terhadap kita ? Astaghfirullahhaladzim.
Sedikit yang disampaikan oleh Ustad Zaed dari kajian tafsir saat itu, mengenai akibat maksiat.
1. Ilmu bisa jauh karena maksiat
Mirip dengan contoh cerita sang penghafal Al Quran, dimana ketika kebaikan-kebaikan berupa ilmu yang kita miliki bisa sedikit demi sedikit tergerus oleh adanya maksiat yang diperbuat. Sayang kan dengan ilmu ? Kalau gitu, yuk jauhi maksiat.
2. Dijauhkan dari rizki Allah
Maksiat itu seperti air laut, semakin diminum akan semakin merasa haus. Yaa begitulah maksiat, ketika sudah melakukan sebuah maksiat maka akan berlanjut ke maksiat lainnya. Allah tidak segan-segan memberikan peringatan kepada hambaNya yang lalai, kepada hambaNya yang berbuat maksiat. Coba dipikir-pikir lagi jika selama ini merasa rizkinya agak tersendat, hmm diingat lagi pernah melakukan maksiat atau dosa apa? Jika sudah ingat mari beristighfar, jika berkaitan dengan manusia silakan saling maaf dan memaafkan.
3. Dicabutnya ketenangan oleh Allah SWT
Orang yang bermaksiat sebenarnya Ia telah memposisikan dirinya untuk tidak masuk syurga. Iman kita akan bertambah kuat akibat ketaatan kita kepada Allah dan akan berkurang ketika melakukan maksiat. Ada rasa gelisah ketika beribadah kepada Allah, kita akan kehilangan rasa sakinah dalam diri kita. Dan ini dapat pula dikatakan sebagai salah satu bentuk kemarahan Allah kepada hambanya. Kemarahan Sang Pencipta bukan saja ditunjukkan dengan segala fenomena alam yang mengerikan, tetapi ternyata hilangnya rasa tenang dalam beribadah kepada Allah juga bisa jadi merupakan bentuk kemarahan Allah SWT atas maksiat yang diperbuat. Selain itu bagi mereka pelaku maksiat, mereka akan menganggap masalah dosa adalah permasalahan yang sepele. Disini Allah telah membuat hatinya menjadi tidak sensitif lagi. Merasa bahwa maksiat adalah hal biasa yang tidak memberatkan amal keburukannya di akhirat kelak. Astaghfirullahhaladzim,, mohon perlindunganmu, Yaa Rabbana...
Apa apa sajakah yang bisa memperbaiki hati kita agar terhindar dari maksiat? Yang pertama ialah kita harus bersungguh-sungguh, komitmen dengan kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan. Perbanyaklah dzikrul maut agar ada hal yang mengingatkan disetiap kita akan berbuat. Selain itu mendekatlah kepada Allah, lebih dekat, lebih dekat lagi dan buat perasaan terikat dengan Allah. Karena dengan mengingat Allah hati ini akan menjadi tenang. Selanjutnya perbanyaklah amal shalih dan bergaulah dengan orang shalih.
Hati-hatilah menata hati, karena jika ia baik akan baik seluruhnya dan jika ia buruk maka buruklah semuanya. #ntms
Semoga ada kebaikan yang bisa diambil dari sepenggal cerita ini.
Wallahu a’lam bishawab
“karena sesungguhnya syetan berjalan dalam tubuh anak Adam seperti aliran darah. Juga dalam tubuh Engkau? Rasulullah menjawab: Ya, tetapi Allah menolongku atasnya, maka akupun selamat.” (HR. Darimi)
Bahkan Rasul pun digoda oleh syetan, namun karena Rasul memiliki sifat ma’sum yakni terhindar dari segala dosa, maka beliaupun terlindungi. Berbeda dengan manusia, yang sangat rentan dengan maksiat yang dibuatnya.
Ketika kita mempelajari suatu ilmu, ilmu yang ada harus bisa membuat kita semakin mendekat dengan Allah, Sang Pemilik ilmu. Dan ketika kita mempelajari suatu ilmu namun ilmu tersebut tidak membawa kita semakin dekat denganNya artinya ilmu tersebut tertutupi oleh maksiat. Naudzubillah
Ada sebuah cerita melegenda yang sering kita dengar, tentang Sang penghafal Al Quran.
Saat itu salah seorang penghafal Al quran kehilangan beberapa hafalannya dikarenakan melakukan sebuah maksiat. Tahukah kalian jenis apa maksiatnya? Ya, ada yang bilang Sang penghafal tersebut tidak sengaja melihat betis wanita tersingkap yang bukan mahramnya namun di riwayat lain ada yang mengatakan sang penghafal tidak sengaja melihat tumit wanita yang bukan mahramnya. Sungguh padahal ini merupakan maksiat yang tidak disengaja tetapi sampai-sampai Ia bisa lupa akan beberapa hafalannya. Coba dipikirkan lagi bagaimana bahayanya jika maksiat yang dilakukan dengan adanya unsur kesengajaan? Bagaimana murkanya Allah terhadap kita ? Astaghfirullahhaladzim.
Sedikit yang disampaikan oleh Ustad Zaed dari kajian tafsir saat itu, mengenai akibat maksiat.
1. Ilmu bisa jauh karena maksiat
Mirip dengan contoh cerita sang penghafal Al Quran, dimana ketika kebaikan-kebaikan berupa ilmu yang kita miliki bisa sedikit demi sedikit tergerus oleh adanya maksiat yang diperbuat. Sayang kan dengan ilmu ? Kalau gitu, yuk jauhi maksiat.
2. Dijauhkan dari rizki Allah
Maksiat itu seperti air laut, semakin diminum akan semakin merasa haus. Yaa begitulah maksiat, ketika sudah melakukan sebuah maksiat maka akan berlanjut ke maksiat lainnya. Allah tidak segan-segan memberikan peringatan kepada hambaNya yang lalai, kepada hambaNya yang berbuat maksiat. Coba dipikir-pikir lagi jika selama ini merasa rizkinya agak tersendat, hmm diingat lagi pernah melakukan maksiat atau dosa apa? Jika sudah ingat mari beristighfar, jika berkaitan dengan manusia silakan saling maaf dan memaafkan.
3. Dicabutnya ketenangan oleh Allah SWT
Orang yang bermaksiat sebenarnya Ia telah memposisikan dirinya untuk tidak masuk syurga. Iman kita akan bertambah kuat akibat ketaatan kita kepada Allah dan akan berkurang ketika melakukan maksiat. Ada rasa gelisah ketika beribadah kepada Allah, kita akan kehilangan rasa sakinah dalam diri kita. Dan ini dapat pula dikatakan sebagai salah satu bentuk kemarahan Allah kepada hambanya. Kemarahan Sang Pencipta bukan saja ditunjukkan dengan segala fenomena alam yang mengerikan, tetapi ternyata hilangnya rasa tenang dalam beribadah kepada Allah juga bisa jadi merupakan bentuk kemarahan Allah SWT atas maksiat yang diperbuat. Selain itu bagi mereka pelaku maksiat, mereka akan menganggap masalah dosa adalah permasalahan yang sepele. Disini Allah telah membuat hatinya menjadi tidak sensitif lagi. Merasa bahwa maksiat adalah hal biasa yang tidak memberatkan amal keburukannya di akhirat kelak. Astaghfirullahhaladzim,, mohon perlindunganmu, Yaa Rabbana...
“ Manusia yang sering melakukan maksiat, sesungguhnya hatinya telah bernoda hitam. Tak merasa bersalah ketika melakukan dosa“
Apa apa sajakah yang bisa memperbaiki hati kita agar terhindar dari maksiat? Yang pertama ialah kita harus bersungguh-sungguh, komitmen dengan kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan. Perbanyaklah dzikrul maut agar ada hal yang mengingatkan disetiap kita akan berbuat. Selain itu mendekatlah kepada Allah, lebih dekat, lebih dekat lagi dan buat perasaan terikat dengan Allah. Karena dengan mengingat Allah hati ini akan menjadi tenang. Selanjutnya perbanyaklah amal shalih dan bergaulah dengan orang shalih.
Hati-hatilah menata hati, karena jika ia baik akan baik seluruhnya dan jika ia buruk maka buruklah semuanya. #ntms
Semoga ada kebaikan yang bisa diambil dari sepenggal cerita ini.
Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Hati ini bisa berkarat laksana besi ”Kemudian beliau ditanya, “Rasul, kalau begitu bagaimana cara membersihkannya?” Beliau bersabda , “Dengan membaca Al Quran.” (HR Al Hindi)
Wallahu a’lam bishawab
4. Hilangnya kemesraan dalam bermunajat kepada Allah SWT..
ReplyDeleteMungkin bisa di share maksiat-maksiat yang seperti apa ya? :)
similar with Point 3 diatas yaa --> Ada rasa gelisah ketika beribadah kepada Allah, kita akan kehilangan rasa sakinah dalam diri kita.
DeleteHmm, kalau mau simplenya all the things that worst in Allah's view dbd.
Maksiat banyak banget, dari yg kecil sampe yg besar.
Mungkin sebagian kita ga sadar akan dosa-dosa kecil (maksiat kecil) yang kita dibuat lalai akannya dan ternyata dosa-dosa kecil itu telah menggunung,
Ini yang bahaya :)
differensiasinya bisa lah ya dbd tentang maksiat, Allah menganugrahi kita akal untuk membedakan yang hak dan bathil, ya bukan? :)
nice share btw
tapi sering kali akal tak bisa membedakannya, apalagi yang masih abu-abu. Nah, request ah ya hehe, ditungu postingan berikutnya ttg maksiat dan pengendaliannya.. :p
Deletekalo dapet kajiannya in shaa Allah di share... hehe
Deleteyaaaah lama donk, hehe
Delete