Sedikit nasihat pernikahan dari seorang ayah, untuk putrinya yang beberapa saat lagi akan menikah. :')
and this part is touching me the most. Thank you for sharing this, mutia-the bride to be-,may Allah makes everything well for your wedding.
-------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------
“Bapak menyesal baru belajar ini di umur-umur segini. bagaimana enggak, semuanya karena pengalaman. seandainya saja Bapak paham ini sedari muda.”
“apa itu Pak?”
“di rumah, yang namanya istri adalah ratu. harus begitu. yang namanya menafkahi istri lahir batin artinya memberikan nafkah yang siap untuk dikonsumsi, dimakan, dan sebagainya.
memberi beras itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya memberi nasi. sudah siap tinggal makan. tugas memasak itu tugas suami, bukan tugas istri.
membelikan pakaian itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya memberi baju yang sudah rapi disetrika. sudah siap pakai. menyiapkan baju-baju itu tugas suami, bukan tugas istri.
memberikan rumah itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya menyediakan rumah yang bersih, rapi, dan nyaman untuk ditinggali. bersih-bersih rumah itu tugas suami, bukan tugas istri.
belum lagi dengan memberikan kasih sayang, memberikan perhatian, memberikan pendidikan, rasa diterima apa adanya, itu tugas suami.”
“iya Pak. saya juga pernah baca tentang itu. istri di rumah itu ratu. apa yang dilakukan seorang istri untuk keluarga, semuanya adalah sedekah.”
“betul. bayangkan betapa besarnya pahala seorang istri jika–ada catatannya ini Nak–jika melakukan itu semua dengan tulus dan ikhlas. makanya Nak, kamu nanti yang ikhlas ya. sudah mengalah saja prinsipnya. tidak usah menuntut dan meminta. apalagi di detik-detik semakin dekat begini, banyaak sekali cobaannya.”
“iya Pak. insyaAllah ya Pak. nggak mudah, tapi insyaAllah saya belajar begitu.”
“dulu kadang-kadang Bapak ngucap ke Ibu misalnya, kok Ibu belum masak. kok rumahnya belum rapi. sekarang Nak, Bapak malu mau bilang begitu karena sesungguhnya itu tugas Bapak. yang ada Bapak justru terima kasih sekali kalau Ibu melakukan itu semua untuk Bapak. yang ada Bapak justru carikan rewang untuk Ibu supaya Ibu nggak terlalu lelah mengurus rumah sendirian.”
“semoga semua laki-laki paham konsep ini dan semoga semua perempuan nggak serta-merta berpikir seperti ini ya Pak. gawat juga kalau perempuannya, sayanya, jadi malas-malasan mengurus rumah. hahaha.”
“hahaha. iya betul. Nak, ada satu hal lagi yang Bapak baru sekali tau. Bapak juga menyesal baru tau sekarang. bahwa sesungguhnya rezeki suami tergantung pada kebahagiaan istri. kalau istri bahagia, insyaAllah suami rezekinya lancar dan berkah.”
“oya Pak?”
“iya Nak. Bapak merasakan setelah menjadikan istri Bapak selayak ratu. setelah Bapak sungguh-sungguh berusaha membahagiakan istri Bapak.”
“…”
“tapi, kamu tau kan bagaimana seorang istri bisa bahagia?”
“bersyukur ya Pak?”
“betul, bersyukur. selalu merasa cukup. selalu merasa ada. rezeki istri datangnya lewat suami Nak. kamu harus percaya itu. jangan pernah berpikir kamu harus mandiri karena sewaktu-waktu bisa ditinggal suami. memang sewaktu-waktu suami bisa pergi, tapi tugas suami pulalah menyiapkan kepergiannya. percayalah selalu bahwa rezekimu akan datang lewat suamimu, nanti ada rezeki yang datang dari tangan-tangan lain.”
“iya Pak, percaya.”
“itulah mengapa jika istri bersyukur, rezeki suami pasti akan ditambah oleh Allah. itu janji Allah. jika hamba-Nya bersyukur, Allah akan menambah nikmat kepadanya.”
***
and this part is touching me the most. Thank you for sharing this, mutia-the bride to be-,may Allah makes everything well for your wedding.
-------------------------------------------------------------------
“tapi, kamu tau kan bagaimana seorang istri bisa bahagia?”
“bersyukur ya Pak?”
“betul, bersyukur. selalu merasa cukup. selalu merasa ada. rezeki istri datangnya lewat suami Nak. kamu harus percaya itu. jangan pernah berpikir kamu harus mandiri karena sewaktu-waktu bisa ditinggal suami. memang sewaktu-waktu suami bisa pergi, tapi tugas suami pulalah menyiapkan kepergiannya. percayalah selalu bahwa rezekimu akan datang lewat suamimu, nanti ada rezeki yang datang dari tangan-tangan lain.”
“iya Pak, percaya.”
“itulah mengapa jika istri bersyukur, rezeki suami pasti akan ditambah oleh Allah. itu janji Allah. jika hamba-Nya bersyukur, Allah akan menambah nikmat kepadanya.”
-------------------------------------------------------------------
“Bapak menyesal baru belajar ini di umur-umur segini. bagaimana enggak, semuanya karena pengalaman. seandainya saja Bapak paham ini sedari muda.”
“apa itu Pak?”
“di rumah, yang namanya istri adalah ratu. harus begitu. yang namanya menafkahi istri lahir batin artinya memberikan nafkah yang siap untuk dikonsumsi, dimakan, dan sebagainya.
memberi beras itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya memberi nasi. sudah siap tinggal makan. tugas memasak itu tugas suami, bukan tugas istri.
membelikan pakaian itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya memberi baju yang sudah rapi disetrika. sudah siap pakai. menyiapkan baju-baju itu tugas suami, bukan tugas istri.
memberikan rumah itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya menyediakan rumah yang bersih, rapi, dan nyaman untuk ditinggali. bersih-bersih rumah itu tugas suami, bukan tugas istri.
belum lagi dengan memberikan kasih sayang, memberikan perhatian, memberikan pendidikan, rasa diterima apa adanya, itu tugas suami.”
“iya Pak. saya juga pernah baca tentang itu. istri di rumah itu ratu. apa yang dilakukan seorang istri untuk keluarga, semuanya adalah sedekah.”
“betul. bayangkan betapa besarnya pahala seorang istri jika–ada catatannya ini Nak–jika melakukan itu semua dengan tulus dan ikhlas. makanya Nak, kamu nanti yang ikhlas ya. sudah mengalah saja prinsipnya. tidak usah menuntut dan meminta. apalagi di detik-detik semakin dekat begini, banyaak sekali cobaannya.”
“iya Pak. insyaAllah ya Pak. nggak mudah, tapi insyaAllah saya belajar begitu.”
“dulu kadang-kadang Bapak ngucap ke Ibu misalnya, kok Ibu belum masak. kok rumahnya belum rapi. sekarang Nak, Bapak malu mau bilang begitu karena sesungguhnya itu tugas Bapak. yang ada Bapak justru terima kasih sekali kalau Ibu melakukan itu semua untuk Bapak. yang ada Bapak justru carikan rewang untuk Ibu supaya Ibu nggak terlalu lelah mengurus rumah sendirian.”
“semoga semua laki-laki paham konsep ini dan semoga semua perempuan nggak serta-merta berpikir seperti ini ya Pak. gawat juga kalau perempuannya, sayanya, jadi malas-malasan mengurus rumah. hahaha.”
“hahaha. iya betul. Nak, ada satu hal lagi yang Bapak baru sekali tau. Bapak juga menyesal baru tau sekarang. bahwa sesungguhnya rezeki suami tergantung pada kebahagiaan istri. kalau istri bahagia, insyaAllah suami rezekinya lancar dan berkah.”
“oya Pak?”
“iya Nak. Bapak merasakan setelah menjadikan istri Bapak selayak ratu. setelah Bapak sungguh-sungguh berusaha membahagiakan istri Bapak.”
“…”
“tapi, kamu tau kan bagaimana seorang istri bisa bahagia?”
“bersyukur ya Pak?”
“betul, bersyukur. selalu merasa cukup. selalu merasa ada. rezeki istri datangnya lewat suami Nak. kamu harus percaya itu. jangan pernah berpikir kamu harus mandiri karena sewaktu-waktu bisa ditinggal suami. memang sewaktu-waktu suami bisa pergi, tapi tugas suami pulalah menyiapkan kepergiannya. percayalah selalu bahwa rezekimu akan datang lewat suamimu, nanti ada rezeki yang datang dari tangan-tangan lain.”
“iya Pak, percaya.”
“itulah mengapa jika istri bersyukur, rezeki suami pasti akan ditambah oleh Allah. itu janji Allah. jika hamba-Nya bersyukur, Allah akan menambah nikmat kepadanya.”
***
Comments
Post a Comment