Just want to share this part. It is one of my older posting.
Thanks God for this day.
Allahu Akbar,, For My Greatest, For My Lord,,
Kenapa mesti takut jika semuanya memang telah menjadi skenarionya?
ketika kita dipertemukan dan dihadapkan terhadap suatu masalah, ujian, saat itulah iman kita dipertanyakan,,
saat itulah iman atau ego kita yang lebih berperan...
bagaimana dan sejauh mana iman kita bisa meng-handle dan berperan terhadap apa yang sedang kita hadapi.
meskipun tidak ada parameter yang pasti ketika seseorang dikatakan telah beriman (menurut saya).
Klasik, pasti sering mendengar potongan ayat berikut..
"Allah tidak akan membebani suatu kaum diluar kemampuannya....... (Al-Baqarah :287 )
Disaat kita meyakini hal itu, disitulah iman kita telah berperan. Meyakini bahwa apa yang sedang kita hadapi pasti telah terukur, mustahil Allah membiarkan hambanya yang taat akan aturannya berada dalam kesusahan. Dan ingatlah bahwa Allah lah tempat sebaik-baiknya Penolong dan Pemberi Petunjuk. Allah juga menjanjikan kehidupan yang bahagia kepada hambaNya yang taat. Bahkan Alah telah menyiapkan tempat yang khusus bagi hambaNya yang benar-benar hanif.
Coba kita lebih sering bermuhasabah, mengenali diri sendiri, mengenal lebih dan lebih dekat lagi kepada Sang Pencipta. Jika kita mengalami suatu hal yang memang tidak menyenangkan kita pasti langsung mengeluh, langsung meratapi nasib yang sejadi-jadinya (re:lebay) dan tidak sedikit yang ber-suudzon kepada Nya. Tapi guys, ketika kita dihadapkan pada kondisi senang, seakan kita lupa dengan Sang Pemberi Kasih dan Sayang (Yaa Rahman, Yaa Rahim) itu sendiri.
Pernah kepikiran hal kaya gini ? #mari saling evaluasi dan mengingatkan (termasuk saya)
Thanks God for this day.
Allahu Akbar,, For My Greatest, For My Lord,,
Kenapa mesti takut jika semuanya memang telah menjadi skenarionya?
ketika kita dipertemukan dan dihadapkan terhadap suatu masalah, ujian, saat itulah iman kita dipertanyakan,,
saat itulah iman atau ego kita yang lebih berperan...
bagaimana dan sejauh mana iman kita bisa meng-handle dan berperan terhadap apa yang sedang kita hadapi.
meskipun tidak ada parameter yang pasti ketika seseorang dikatakan telah beriman (menurut saya).
Klasik, pasti sering mendengar potongan ayat berikut..
"Allah tidak akan membebani suatu kaum diluar kemampuannya....... (Al-Baqarah :287 )
Disaat kita meyakini hal itu, disitulah iman kita telah berperan. Meyakini bahwa apa yang sedang kita hadapi pasti telah terukur, mustahil Allah membiarkan hambanya yang taat akan aturannya berada dalam kesusahan. Dan ingatlah bahwa Allah lah tempat sebaik-baiknya Penolong dan Pemberi Petunjuk. Allah juga menjanjikan kehidupan yang bahagia kepada hambaNya yang taat. Bahkan Alah telah menyiapkan tempat yang khusus bagi hambaNya yang benar-benar hanif.
Coba kita lebih sering bermuhasabah, mengenali diri sendiri, mengenal lebih dan lebih dekat lagi kepada Sang Pencipta. Jika kita mengalami suatu hal yang memang tidak menyenangkan kita pasti langsung mengeluh, langsung meratapi nasib yang sejadi-jadinya (re:lebay) dan tidak sedikit yang ber-suudzon kepada Nya. Tapi guys, ketika kita dihadapkan pada kondisi senang, seakan kita lupa dengan Sang Pemberi Kasih dan Sayang (Yaa Rahman, Yaa Rahim) itu sendiri.
Pernah kepikiran hal kaya gini ? #mari saling evaluasi dan mengingatkan (termasuk saya)
Here the are the complete story, please klik here
Comments
Post a Comment