“ (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” ( Al Hadid: 23)
Petikan ayat diatas menjadi pembuka dalam kajian yang kali itu diisi oleh Ustad Ajobendri. Yaa,, ini adalah kajian lanjutan dari seri sebelumnya yang telah terselenggara pada bulan januari lalu. Masih dalam satu tema, yaitu Bertemu dan Berpisah karena Allah yang diadakan oleh komunitas @pejuang subuh .
Oh ya, di dalam petikan ayat diatas menerangkan kepada kita, bahwa setiap hal yang terjadi adalah murni atas kehendakNya. Pun demikian perihal tentang perjodohan.
Bertemu jangan lebay, berpisah jangan lunglai
Lagi-lagi kembalikan segalanya karena Allah, libatkan Dia, Sang Pemilik segalanya dalam segala hal. Disini Ustad Ajobendri menyampaikan kepada kita bahwa hidup ini bukan sekedar punya pasangan. Bagi yang sudah memiliki pasangan, Alhamdulillah. Tetapi perlu dingat, ada satu takaran yang perlu kita kendalikan dalam menunjukan rasa bahagia kita. Jangan sampai kebahagiaan yang telah melingkupi kita, menjadikan diri menjadi sombong dan bahkan bisa jadi membuat beberapa pihak merasa iri hati. Kalau kata ustad ajobendri, yang sudah memiliki pasangan halal, harus memiliki jiwa keprijombloan, biar yang jomblo ga pada kepanasan.
Pun jika memang suatu saat Allah menakdirkan untuk berpisah, janganlah membuat hidup menjadi tidak berarti. Merasa sangat payah menjalani kehidupan. Kembali lagi, balikkan segalanya kepada Sang pemilik segalaNya, pada yang Maha Berkehendak. :)
Dan bagi yang belum ditakdirkan memiliki pasangan, hal ini pun bukan suatu keburukan, asal tetap menanti dalam ketaatan. Ada satu pesan baik yang pernah saya baca, bunyinya seperti ini:
Menikah merupakan penyempurnaan untuk separuh agama, dan separuh lainnya adalah menetapkan diri dalam ketaqwaan kepada Allah.
Bagaimana agar saat bertemu ataupun berpisah bisa tetap membentengi diri dalam ketakwaan? Ustad Ajobendri menyampaikan dua point penting, yang pertama agar kita bisa menahan diri dari segala yang diharamkan dan kedua adalah tetaplah dalam berbuat amal sholeh. Jadi, pertemuan ataupun perpisahan yang terjadi karena Allah, muaranya adalah ketakwaan diri kepada Allah SWT.
Kisah Siti Hajar
Belajar dari kisah Nabi Ibrahim yang meninggalkan istrinya, Siti Hajar dan anaknya, Ismail di padang tandus tanpa persediaan makanan dan minuman yang cukup. Nabi Ibrahim berpamitan tanpa memberi alasan apapun. Berulang kali Siti Hajar menanyakan " mengapa ia ditinggalkan di padang yang tandus begitu saja ? Apakah ia tega meninggalkan mereka? bagaimana ia bisa bertahan nantinya?" Namun Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah katapun.
Lagi-lagi kembalikan segalanya karena Allah, libatkan Dia, Sang Pemilik segalanya dalam segala hal. Disini Ustad Ajobendri menyampaikan kepada kita bahwa hidup ini bukan sekedar punya pasangan. Bagi yang sudah memiliki pasangan, Alhamdulillah. Tetapi perlu dingat, ada satu takaran yang perlu kita kendalikan dalam menunjukan rasa bahagia kita. Jangan sampai kebahagiaan yang telah melingkupi kita, menjadikan diri menjadi sombong dan bahkan bisa jadi membuat beberapa pihak merasa iri hati. Kalau kata ustad ajobendri, yang sudah memiliki pasangan halal, harus memiliki jiwa keprijombloan, biar yang jomblo ga pada kepanasan.
Pun jika memang suatu saat Allah menakdirkan untuk berpisah, janganlah membuat hidup menjadi tidak berarti. Merasa sangat payah menjalani kehidupan. Kembali lagi, balikkan segalanya kepada Sang pemilik segalaNya, pada yang Maha Berkehendak. :)
Dan bagi yang belum ditakdirkan memiliki pasangan, hal ini pun bukan suatu keburukan, asal tetap menanti dalam ketaatan. Ada satu pesan baik yang pernah saya baca, bunyinya seperti ini:
“ kalau mau dirunut lebih jauh, ujungnya adalah masalah kepasrahan kita kepada Allah dan rasulNya. Bagi seorang muslimah yang mengimani kebenaran ajaran Rasulullah dengan penuh kepasrahan, jadi menikah atau tidak, tak ada yang merugikan baginya. Sebab kedua-duanya mendatangkan kebaikan yang pasti “
Menikah merupakan penyempurnaan untuk separuh agama, dan separuh lainnya adalah menetapkan diri dalam ketaqwaan kepada Allah.
“ Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya bertakwalah kepada Allah pada separuh agama yang lain ( HR. Albaihaqi) “
Bagaimana agar saat bertemu ataupun berpisah bisa tetap membentengi diri dalam ketakwaan? Ustad Ajobendri menyampaikan dua point penting, yang pertama agar kita bisa menahan diri dari segala yang diharamkan dan kedua adalah tetaplah dalam berbuat amal sholeh. Jadi, pertemuan ataupun perpisahan yang terjadi karena Allah, muaranya adalah ketakwaan diri kepada Allah SWT.
Kisah Siti Hajar
Belajar dari kisah Nabi Ibrahim yang meninggalkan istrinya, Siti Hajar dan anaknya, Ismail di padang tandus tanpa persediaan makanan dan minuman yang cukup. Nabi Ibrahim berpamitan tanpa memberi alasan apapun. Berulang kali Siti Hajar menanyakan " mengapa ia ditinggalkan di padang yang tandus begitu saja ? Apakah ia tega meninggalkan mereka? bagaimana ia bisa bertahan nantinya?" Namun Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah katapun.
Hingga akhirnya Siti Hajar bertanya kembali, " apakah ini semata hanya keinginanmu saja wahai suamiku? Ataukah ini perintah Allah? " Kemudian dijawablah oleh Ibrahim, bahwa hal ini merupakan perintah Allah, Rabbnya, bukan sekedar kehendak Nabi Ibrahim saja. Akhirnya, sang istripun ikhlas menerima perpisahan sementara tersebut karena hal ini bukan semata-mata hanya perintah sang suami, namun karena perintah Allah.
Jika jodoh Tak kunjung Bertemu
Berikut beberapa hal yang disampaikan Ustad Ajobendri mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan terkait dengan masa penantian yang tak kunjung berakhir
1. Perbanyak zikir dan akui kelemahan diri
Jika jodoh Tak kunjung Bertemu
Berikut beberapa hal yang disampaikan Ustad Ajobendri mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan terkait dengan masa penantian yang tak kunjung berakhir
1. Perbanyak zikir dan akui kelemahan diri
Teruslah perbanyak berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah, dan perbanyaklah istighfar. Biasakan lisan untuk terus beristighfar sebanyak-banyaknya sebagai konsep keluar dari kesulitan.
2. Belajar dari kisah Nabi Adam
2. Belajar dari kisah Nabi Adam
Doa yang dipanjatkan oleh Nabi Adam saat terpisah dengan Hawa.
" Robbana dzolamna anfushana waillam taghfirlana, lanakunanna minal khasirin. Yang artinya “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” Pada doa ini dimulai terlebih dahulu pengakuan diri Nabi Adam yang merasa bersalah kepada Allah, kemudian baru diikuti dengan permohonan ampunan dan rahmat kepada Allah.
3. Prasangka baik ke Allah
4. Menjaga ketaqwaan dalam penantian
5. Sibukkan dalam amal kebaikan
6. Jangan jadi “pasien RS” pernikahan
Saat Allah mempertemukan
1. Jangan berlebihan, jaga perasaan yang masih lajang.
Seperti bahasan diatas, kendalikan rasa bahagia dan syukur kita karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan apalagi yang menyombongkan diri. Miliklah kepekaan diri untuk bisa menjaga perasaan teman-teman yang masih belum memiliki pasangan.
2. Ingat! Visi hidup untuk meraih cinta Arrahman
Senantiasalah berdoa kepada Allah agar tidak dipertemukan dengan jodoh yang membuat kita semakin jauh kepada Allah. Tetapi sebaliknya, berdoalah kepadaNya agar dipertemukan dengan seseorang yang dapat membuat kita semakin mendekat kepadaNya
3. Saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebenaran
Menikah semestinya bisa membuat kita lebih produktif dalam kebaikan dan peningkatan kualitas ibadah yang kita kerjakan.
4. Evaluasi tak kenal henti
4. Evaluasi tak kenal henti
5. Mempersiapkan diri menjadi pengantin lagi di syurga yang abadi
Ingat, tak hanya sekedar menjadi pasangan di dunia saja, tetapi niatkan untuk menjadi pasangan di akhirat kelak, di jannahNya. Masih ingatkan dengan konsep jodoh? Ada juga di postingan saya yang ini :)
6. Buat proyek peradabaan
Hal ini terkait dengan bagaimana keluarga yang dimiliki bisa melahirkan generasi hebat. Bersama suami/istri memiliki azzam untuk bisa melahirkan ulama-ulama yang dibutuhkan oleh umat, dan janganlah hanya mengisi pernikahan dengan penuh rasa syahwat saja. Pikirkan bagaimana pernikahan yang ada bisa menjadi barokah. Karena bahagia saja tidak cukup, perlu ada keberkahan didalamnya.
Hal ini terkait dengan bagaimana keluarga yang dimiliki bisa melahirkan generasi hebat. Bersama suami/istri memiliki azzam untuk bisa melahirkan ulama-ulama yang dibutuhkan oleh umat, dan janganlah hanya mengisi pernikahan dengan penuh rasa syahwat saja. Pikirkan bagaimana pernikahan yang ada bisa menjadi barokah. Karena bahagia saja tidak cukup, perlu ada keberkahan didalamnya.
Jika harus Berpisah
1. Perpisahan ideologis vs perpisahan tragis.
perpisahan Ideologis didasarkan atas takwa dan karena Allah, sedangkan perpisahan tragis hanya didasari sebatas rasa.
perpisahan Ideologis didasarkan atas takwa dan karena Allah, sedangkan perpisahan tragis hanya didasari sebatas rasa.
2. Lisan tetap terjaga dari kalimat yang tidak berkah
3. Pandai-pandai mencari ibrah dan hikmah
4. Jangan libatkan orang lain dalam “konflik” akibat perpisahan
5. Berikan hak mantan
6. Segera MOVE ON – buat planning kehidupan
3. Pandai-pandai mencari ibrah dan hikmah
4. Jangan libatkan orang lain dalam “konflik” akibat perpisahan
5. Berikan hak mantan
6. Segera MOVE ON – buat planning kehidupan
---
Komitmen Syahadat
Ada satu kisah yang baik sekali ibrahnya untuk kita. Diceritakan ada seorang lelaki yang meminta dicarikan istri oleh gurunya. Karena rasa percayanya kepada gurunya tersebut, lelaki ini menikah tanpa melihat dulu calon istrinya. Hingga di malam pertama pernikahan mereka, lelaki tersebut terkejut saat pertama kali melihat wajah istrinya. Ada raut kekecewaan yang ditampakkan olehnya, dan hal ini tertangkap oleh istrinya.
Waktu terus begulir, hingga pernikahan mereka berlangsung dan memasuki pada usis ke 25 tahun. Suatu saat sang istri jatuh sakit dan merasa bahwa usianya tidak lama lagi. Dalam sakitnya itu, sang istri mengajukan pertanyaan yang selama ini ia pendam.
" Wahai suamiku, aku sebenarnya mengetahui gurat kekecewaanmu saat pertama kali kamu melihatku di malam pertama. Tampak kau tidak bahagia di perjumpaan itu, tetapi mengapa hingga saat ini kau tetap melayaniku dengan baik, dan kau tetap setia mendampingiku hingga saati ini? "
Sang suamipun menjawab pertaanyaan sang istri dengan tenang
" Wahai istriku, ingatlah saat aku mengucapkan janji untuk menikahimu, saat itu pula aku sedang berjanji kepada Rabbku. Rabb menyuruh untuk memuliakanmu, menjagamu, melindungimu sebagai istriku. Jikalau aku mengkhianatimu, artinya aku sedang mengkianati Rabbku"
Masyaa Allah. Mitsaqan Ghalizan, perjanjian besar dengan Rabb yang terbentuk saat janji akad terucap.
" Wahai lelaki, ingatlah janji yang diucapkan saat ijab qabul yang engkau lakukan bukanlah sekedar janji antara kau dan wali istrimu. Tetapi lebih dari itu, saat kau mengucap janji di hari akadmu, saat itu pulalah kau sedang berjanji dengan Rabbmu dengan ribuan malaikat yang menjadi saksinya. "
" Wahai wanita, carilah lelaki yang memiliki komitmen kuat terhadap syahadatnya, karenanya dengan begitu ia akan komitmen dengan Rabbnya dan tentunya ia akan komitmen dengan janji saat akad nikahnya"
Terakhir closing quotes dari ustad Ajobendri
“ Cintanya manusia cukup dengan hati, jangan sepenuh jiwa.
Jika harus berpisah, cukuplah sakit hati, tak sampai sakit jiwa
Dan obat hati adalah Al Quran “
Wallahu'alambish shawab.
Good event ..
ReplyDeleteBuat reminder solat subuh biar lbh awal solatnya. Hehehee
sepakat...
Deleteyang cewek shalat tepat waktunya, yang cowok juga sama sholat tepat waktu tapi jamaah di masjid... heheh